
Pada tanggal 25 Maret 2021, Komisi III Dewan Profesor Universitas Sebelas Maret menyelenggarakan Webinar dan Call for Paper dengan tema “Penggalian Nilai-Nilai Pancasila Berbasis Kearifan Lokal”. Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si merupakan perwakilan dari Pusat Studi Bencana LPPM UNS yang menjadi salah satu narasumber pada webinar tersebut. Topik yang disampaikan oleh Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si “Nilai-Nilai Pancasila dalam Perspektif Sains dan Teknologi” yang secara khusus menguraikan peranan nilai-nilai luhur pancasila dan kearifan lokal dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki risiko bencana yang tinggi. Secara geologis, letak Indonesia yang berada di “ring of fire” menyebabkan rentan terjadi bencana. Selain bencana alam, di Indonesia juga terjadi bencana sosial, konflik etnis, dan pandemi. Keragaman Negara Indonesia menyebabkan lebih sulit dalam menghadapi bencana. Pengelolaan bencana dari nilai-nilai luhur Pancasila meliputi kegiatan dalam siklus penanggulangan bencana meliputi pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Prinsip-prinsip penanggulangan bencana adalah prinsip non diskriminatif berdasarkan prioritas, akuntabilitas, kemanusiaan, keadilan, keseimbangan, keselarasan, dan kepastian hukum. Pancasila sangat berkaitan erat dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulan Bencana yang dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara Indonesia memberikan perlindungan kepada masyarakat atas kejadian bencana.
Nilai Ketuhanan dalam bencana, diartikan bencana sebagai takdir Tuhan sehingga harus diterima; bencana hukuman dari Tuhan; kepasrahan hidup dan mati kepada Tuhan. Dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan proses nonproletisi, menolong orang yang tertimpa bencana. Nilai Kemanusiaan, diartikan dalam kebersamaan pemerintah, swasta, masyarakat, dan budaya gotong royong dalam penanggulangan bencana. Nilai Persatuan, diartikan dalam penanggulangan bencana memerlukan kerjasama dari berbagai pihak dan pembentukan desa tangguh bencana. Nilai Kerakyatan, diartikan sebagai penanggulangan bencana berbasis masyarakat dalam Pentahelix, masyarakat merupakan salah satu elemen utama dalam penanggulangan bencana. Nilai Keadilan Sosial, menguraikan hak dan kewajiban masyarakat. Hak, setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Sebaliknya, setiap orang berkewajiban menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan , dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.