Pusat Studi Bencana LPPM UNS menyelenggarakan Diskusi Online Seri 3 “Ancaman Bencana Hidrometeorologis dan Adaptasinya” pada tanggal 26 Juni 2020. Kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta dari seluruh diwilayah di Indonesia.
Dr. Rahmat Gernowo, M.Si menyampaikan materi terkait Fenomena Siklon Tropis dan Perubahan Iklim di Indonesia. Penelitian dalam bidang meteorologi akan dilihat dari anomali cuaca termasuk dinamika dan sirkulasi global. Dari parameter dalam sirkulasi global akan diketahui potensi-potensi bencana yang mungkin terjadi di suatu wilayah. Misalnya curah hujan ekstrim banyak menimbulkan peristiwa kebencanaan. Posisi Indonesia mempengaruhi meteorologis yaitu terletak diantara 2 benua, dilalui garis equator, menerima surplus energi di segala musim, menerima panas sensible dan laten dalam jumlah besar, wilayah pegunungan dan kepulauan – angin lokal, terjadi eknioks 2 kali per tahun. Sebelum melakukan kajian hidrometeorologis perlu mengenali wilayah tropis. Pada waktu-waktu tertentu terjadi pertumbuhan awan yang signifikan. Gaya Coriolis adalah gaya semu yang disebabkan rotasi bumi, efek yang ditimbulkan berupa belahan bumi utama membelokan udara bergerak ke kanan dan belahan bumi selatan udara ke kiri. Terdapat 4 tahap pertumbuhan siklon tropis seperti, gangguan tropis, depresi tropis, badai tropis, dan siklon tropis. Struktur siklon tropis utamanya adalah mata, dinding mata, dan kumpulan hujan. Curah hujan merupakan variabel utama dalam perubahan iklim. Kerjasama multi pihak dari pemerintah provinsi, pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, CSR, OSM dan akademisi akan dapat meminimalkan risiko bencana kekeringan disamping adanya bencana non-alam Covid-19. Potensi La Nina di akhir tahun 2020 mempunyai kemungkinan bencana susulan banjir dan tanah longsor. Berdasarkan rata-rata kejadian siklon tropis wilayah di sebelas Selatan Jawa perlu diantisipasi adanya kejadian curah hujan ekstrim. Perubahan iklim memerlukan mitigasi dan adaptasi. Mitigasi berupa tindakan aktif untuk mencegah atau memperlambat terjadinya perubahan iklim atau pemanasan global dan mengurangi dampak perubahan iklim / pemanasan global. Adaptasi berupa berbagai tindakan penyesuaian diri terhadap kondisi perubahan iklim yang terjadi.
Sorja Koesuma, M.Si mempresentasikan Stategi Mitigasi Bencana Kekeringan di Jawa Tengah dalam Pandemi Covid-19. Kekeringan di Jawa Tengah melakukan dropping air paling tinggi dari provinsi lain di Jawa Tengah. Terdapat 3 kabupaten dengan status tanggap darurat. Kabupaten Karanganyar pada bulan Juni 2020 telah mempersiapkan satgas kekeringan untuk mempersiapkan tanggap darurat bencana kekeringan. Berdasarkan tinjauan geologis, Jawa Tengah memiliki daerah tangkapan air. Sorja Koesuma melakukan penelitian dengan menggunakan metode geolistrik di beberapa wilayah di Soloraya. Hasil kurva standar geolistrik meliputi tipe A, Q, K, dan H ang mencirikan bagaimana struktur pelapisan di bawah permukaan. Matrik risiko bencana kekeringan (data curah hujan) menggunakan parameter bahaya (prakiraan curah hujan), kerentanan (makin rentan), dan kapasitas (tetap). Terkait strategi mitigasi (pra bencana) sebaiknya mulai mengkonversi bantuan menjadi investasi infrastruktur seperti pembuatan sumur resapan, embung dan saluran irigasi, early warning system, survai pementaan potensi air tanah dan rencana kontigensi.