Pusat Studi Bencana, Universitas Sebelas Maret Surakarta mengadakan kegiatan Diskusi Online dengan tema “Living in Harmony with Covid-19” yang memaparkan data dan fakta oleh ahli dibidangnya agar peserta memiliki pengetahuan dan pandangan untuk mampu Living in Harmony with COVID-19 dalam Perspektif Kesehatan, Ruang, dan Waktu.
Dr. Yasin Yusup menyampaikan bahwa terdapat istilah “menari selaras” terkait dengan adaptasi terhadap risiko, seperti hidup berdampingan (co-existance) atau hidup bersama (co-habitation) Covid-19, tetapi menurut saya yang lebih tepat lagi adalah hidup selaras. Living in Harmony with Disaster atau biasa disebut hidup selaras dengan bencana. Penyelarasan irama dan momen atau dalam bahasa Jawa “Empan papan empan waktu” menjadi penting.
dr. Tonang Dwi Ardyanto menyatakan saat grafik penularan masih tinggi (momen bahaya) upaya penyelarasan yang tepat adalah pengurungan (containment) agar ada perataan curva (flattening the curve) secepatnya terjadi. Sebaliknya saat penularan menurun drastis dan mulai kembali normal (momen terkendali), maka living in harmony dalam konteks ini adalah pelonggaran (relaksasi) secara gradual menuju New Normal. Apabila memaksakan diri relaksasi menuju New Normal saat kurva masih menanjak maka yang akan terjadi gelombang penularan ke-2 yang bisa sangat dahsyat dan melampaui kemampuan faskes untuk mengatasinya dan bisa terjadi malapetaka yang tidak kita inginkan Bersama. Intinya adalah bagaimana kita “menari selaras” seirama dengan momen-momen tersebut dan bukannya berdamai dengan Covid-19.
