Pusat Studi Bencana, Universitas Sebelas Maret Surakarta mengadakan kegiatan Diskusi Online dengan tema “Ketangguhan Ekonomi dan Psikologis Saat dan Pasca Pandemi Covid-19” yang memaparkan data dan fakta oleh ahli dibidangnya agar peserta memiliki pengetahuan dan pandangan untuk mampu tangguh pandemi Covid-19 khususnya pada aspek ekonomi dan psikis.
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para praktisi dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Ekonomi dan Psikologi menjadi kajian yang menarik di tengah Pandemi Covid-19. Adanya pandemi Covid-19 baik secara global maupun terkhusus di Negara Indonesia sangat mempengaruhi perekonomian dan psikologis seseorang.
Menurut Ibu Evi Gravitiani, diperlukan upaya untuk menyiasati pandemi COVID-19 dengan mengupayakan ketahanan finansial keluarga. Pada dasarnya setiap keluarga perlu mempersiapkan dana darurat berupa tabungan, deposito, logam mulia, maupun reksadana pendapatan tetap. Pandemi COVID-19 meruapakan kondisi darurat yang menyebabkan penghasilan rutin tiba-tiba hilang, sedangkan pengeluaran rutin tidak bisa dihentikan. Terdapat mismatch antara penghasilan dan pengeluaran yang untuk sementara waktu terjadi sampai kondisi ekonomi membaik.
Dana darurat perlu diperhitungkan secara matang. Perhitungan dapat ditentukan berdasarkan pengeluaran setiap bulan dikali jumlah bulan. Misalnya, 6x atau 12x pengeluaran per bulan. Artinya, jika terjadi sesuatu dengan penghasilan bisa bertahan selama paling tidak 6 bulan untuk mencari sumber penghasilan baru. Terkait dengan penyimpanan dana darurat diperlukan instrument yang tepat, yaitu aman dan memiliki tingkat risiko rendah; likuid dan mudah dicairkan; dan mudah di akses. Dari segi ekonomi, dalam menghadapi era “new normal” sangat penting melakukan step by step perbaikan ekonomi dimulai dari ketahanan finansial keluarga.
Menurut Ibu Farida Hidayati, adanya pandemi COVID-19 sangat berdampak pada kondisi psikologis setiap orang. Pegetahuan untuk menjadi Tangguh psikologis saat dan pasca COVID-19 sangat diperlukan agar dapat mencegah orang mengalami depresi. Reaksi umum yang terjadi oleh adanya pandemi COVID-19 antara lain: 1) merasa stress atau kewalahan, 2) kecemasan, khawatir, atau takut, 3) berpikir cepat, 4) kesedihan dan tangisan, 5) hilangnya minat dalam aktivitas menyenangkan, 6) gejala fisik seperti peningkatan detak jantung, sakit perut, kelelahan, atau sensasi tidak nyaman lainnya, 7) frustasi atau cepat marah, 8) gelisah, 9) merasa tak berdaya, 10) sulit konsentrasi dan sulit tidur, 11) merasa terputus dari orang lain, 12) khawatir pergi ke ruang publik, dan 13) kesulitan bersantai.
Gangguan psikologi bermula dari stessor baik yang disebabkan keadaan fisik, kimiawi, fisiologis, mikro biologic, psikis-emosi, maupun perkembangan. Stessor dapat dikendalikan dengan coping strategi sehingga mampu mewujudkan ketangguhan psikologi (resiliensi). Seseorang dapat membangun ketangguhan individu melalui 5 cara, yaitu: 1) menerima perasaan; 2) mempertahankan rutinitas; 3) tetap terhubung; 4) tetap mengikuti informasi tetapi jangan obsesif; 5) fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan; 6) tetap bahagia dan tertawa. Terdapat dua kemungkinan dari upaya tangguh psikologi, yaitu antara berhasil atau gagal. Keberhasilan dalam mewujudkan tangguh psikologi dapat menghasilkan kesehatan mental. Sebaliknya, kegagalan dalam mewujudkan tangguh psikologi dapat menghasilkan distress.