Surakarta, 21 Januari 2025 – Pusat Penelitian dan Penanggulangan Bencana (P3B) melaksanakan kegiatan silaturahmi dan audiensi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Acara ini bertujuan memperkuat sinergi dan membuka peluang kerjasama strategis dalam upaya pengurangan risiko bencana di kedua wilayah.
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-21-at-14.05.59_e034d26e-1-1024x768.jpg)
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-21-at-15.19.08_6b20eb3c-edited.jpg)
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonogiri, Bapak Fuad Wahyu Pratama, memaparkan beberapa isu utama yang dihadapi Kabupaten Wonogiri. Salah satunya adalah masalah banjir yang sering terjadi di sekitar luweng setelah hujan selama 2-3 hari berturut-turut. Selain itu, banyak rumah di sekitar luweng yang dinilai tidak layak huni dan berada dalam kondisi rawan berdasarkan kajian. Tantangan lainnya meliputi ancaman longsor di wilayah Jatiroto, kekurangan air bersih selama musim kemarau, dan konflik ekologi dengan monyet ekor panjang yang sering masuk ke wilayah permukiman di Selogiri, Giriwoyo, dan Jatiroto.
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-21-at-14.05.58_c755f96a-2-1024x576.jpg)
Sebagai langkah strategis, BPBD Kabupaten Wonogiri merencanakan terbukanya kesempatan program KKN Tematik di wilayah Kabupaten Wonogiri untuk memperkuat Desa Tangguh Bencana (DESTANA) di 294 desa. Program ini membutuhkan kemitraan penelitian dan pengabdian yang lebih intensif, termasuk eksplorasi potensi geologi seperti keberadaan sungai bawah tanah di Paranggupito. Rencana selanjutnya, adanya update Kajian Risiko Bencana (KRB) yang menjadi prioritas untuk mendukung pengurangan risiko bencana. Selain itu, BPBD juga berharap adanya upaya solusi terhadap konflik dengan monyet ekor panjang, seperti kajian mengenai penanaman tanaman yang tidak disukai oleh monyet serta edukasi masyarakat.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Kabupaten Sukoharjo, Ibu Dewi Setyowati, S.E, MM, mengungkapkan bahwa Kabupaten Sukoharjo memiliki risiko bencana yang relatif minim, namun tetap menghadapi beberapa potensi ancaman seperti angin kencang di Grogol dan genangan air di Pajang akibat buruknya drainase. Saat ini, Kabupaten Sukoharjo memiliki 28 DESTANA dan berencana membentuk 35 DESTANA baru pada Tahun 2025 dan berharap adanya dukungan dari program KKN Tematik.
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-21-at-20.39.25_ff73234c-1-1024x576.jpg)
BPBD Kabupaten Sukoharjo juga akan meng-update Dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) dan melegalkan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), namun menunggu KRB sebagai dasar penyusunan. Di sisi lain, sistem peringatan dini (EWS) di pintu-pintu air sudah berfungsi dengan baik, namun edukasi masyarakat mengenai penggunaan EWS masih perlu ditingkatkan.
Hasil audiensi ini membuka peluang kerjasama antara P3B dengan BPBD Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo. Kerjasama ini mencakup penelitian, pengabdian masyarakat, dan pendampingan teknis untuk memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. Sinergi yang terjalin diharapkan mampu mendukung implementasi program pengurangan risiko bencana secara efektif dan berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo.