Pada Sabtu, 8 Juni 2024, Pusat Penelitian dan Penanggulangan Bencana LPPM UNS mengadakan Diskusi Online Seri-14 melalui platform Zoom Meeting. Acara ini mengangkat tema “Gunung Ruang: Ancaman Vulkanik dan Strategi Pemberdayaan Komunitas”. Diskusi dimulai pukul 09.00 WIB dan dibuka oleh Prof. Dr. Fitria Rahwawati, S.Si., M.Si., selaku Ketua LPPM UNS. Diskusi ini dipandu oleh Dr. Agung Hidayat, S.Pd., M.Si., dari P3B LPPM UNS.
Aktivitas Vulkanik Gunung Ruang di Sulawesi Utara
Materi pertama disampaikan oleh Bapak Sofyan Primulyana, S.T., M.T., dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Gunung Ruang, yang terletak di Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, memiliki karakteristik erupsi yang eksplosif dengan abu vulkanik, lontaran material, dan awan panas, serta efusif berupa aliran lava dan pembentukan kubah lava.
Sejarah erupsi Gunung Ruang mencatat erupsi pertama pada tahun 1806, dengan erupsi besar lainnya pada tahun 1871 yang mengakibatkan tsunami. Erupsi terakhir sebelum tahun ini terjadi pada 25 September 2002, yang juga menghasilkan letusan eksplosif dan aliran awan panas hingga ke laut.
Pada pertengahan April 2024, Gunung Ruang menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan, yang memuncak dengan erupsi pada 16 April 2024, dan puncaknya pada 17 April 2024. Erupsi ini sangat eksplosif dengan durasi lama, diikuti oleh erupsi lebih besar pada 30 April 2024, dengan kolom erupsi mencapai lebih dari 16 km. Erupsi ini menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan lahan perkebunan di Pulau Ruang dan sebagian pesisir barat Pulau Tagulandang. Pulau Ruang kini tidak layak huni dan penduduknya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Membangun Kapasitas Masyarakat Lereng Vulkan
Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Chatarina Muryani, S.Si., M.Si., dari P3B LPPM UNS. Prof. Dr. Chatarina menyatakan bahwa erupsi gunung api adalah salah satu bencana yang sangat merusak dan menimbulkan kerugian besar. Oleh karena itu, meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana sangat penting untuk mengurangi risiko. Ini memerlukan komitmen tinggi dari masyarakat, pemerintah desa, dan berbagai instansi serta stakeholder terkait. Kesiapsiagaan masyarakat perlu ditingkatkan, terutama menghadapi ancaman Gunung Ruang, baik pada masa terjadi bencana maupun tidak.
Acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman vulkanik, serta memperkuat strategi pemberdayaan komunitas dalam mitigasi bencana.
Pusat Penelitian dan Penanggulangan Bencana
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2024/06/Screenshot-2024-06-08-101556-1024x535.png)
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2024/06/Screenshot-2024-06-08-093852-1024x533.png)
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2024/06/Screenshot-2024-06-08-110649-1024x609.png)
![](https://p3b.lppm.uns.ac.id/wp-content/uploads/2024/06/Screenshot-2024-06-08-093302-1024x585.png)