Sabtu, 05 November 2022 Pusat Studi Bencana melaksanakan Seminar Nasional Manajemen Bencana dengan tema “Membangun Ketangguhan Komunitas Melalui Pendidikan Kebencanaan”. Kegiatan ini dihadiri oleh 300 peserta, yang dilanjutkan dengan presentasi makalah yang terdiri dari 7 scope yaitu Pendidikan Kebencanaan, Pendidikan Lingkungan Hidup, Pengurangan Risiko Bencana, Adaptasi dan Perubahan Iklim, Degredasi Lingkungan Hidup, Sistem Peringatan Dini, dan Ketangguhan Masyarakat.
Seminar kali ini menghadirkan Ardito M. Kodijat, M.Arch., M.M selaku Kepala Pusat Informasi Tsunami Samudera Hindia UNESCO Indonesia dengan topik “Struktur dan Infrastruktur untuk Sekolah Aman Bencana Komprehensif”. Narasumber kedua adalah Jamjam Muzaki, S.Pd., M.KP selaku Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologidengan topik “Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)”, dan Narasumber ketiga adalah Sorja Koesuma, S.Si., M.Si dari Pusat Studi Bencana Universitas Sebelas Maret dengan topik “Bagaimana Pembelajaran Kebencanaan Seharusnya Dilakukan?”.
Ardito M. Kodijat, M.Arch., M.M selaku narasumber pertama menjelaskan pengurangan risiko bencana dari segi penguatan infrastruktur menggunakan metodologi Visual Inspection for defining the Safety Upgrading Strategies (VISUS) yang dibengkan oleh UNESCO. Metode ini memberikan kemudahan pada pemerintah selaku pemegang kebijakan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh, baik laporan kondisi sekolah secara umum dan detail.
Sedangkan jamjam Muzaki, S.Pd., M.KP menjelaskan bagaiamana penanganan bencana yang terjadi di sekolah melalui program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang telah diatur melalui Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019. Beliau menjelaskan bahwa Kerangka kerja SPAB terdiri dari Satu Fondasi dengan Tiga Pilar, diantaranya adalah Fondasi Sistem dan Kebijakan yang mendukung, kemudian Pilar Satu yang membahas Fasilitas Pembelajaran yang Aman, Pilar Dua adalah Manajemen Bencanan Sekolah, dan Pilar Tiga adalah Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dan Ketangguhan.
Sorja Koesuma, S.Si., M.Si selaku narasumber terakhir, memaparkan bagaiamana cara masyarakat untuk belajar dari bencana yang terjadi. Beliau menjelaskan bahwa hal ini menjadi kewajiban setiap individu karena setiap orang menjadi aktor dalam bencana itu sendiri, menghasilkan dampak langsung dan jangka panjang, sehingga studi tersebut perlu dilakukan agar pembelajaran dapat dipetik pada semua fase bencana. Lebih dalam lagi ada tiga komponen inti dari proses pembelajaran terhadap bencana, yaitu: mengevaluasi suatu insiden, mengidentifikasi pelajaran, dan pembelajaran (menanamkan perubahan perilaku yang konsisten). Lalu bagaiamana dengan kendala dan tantangan pembelajaran dari bencana? Sorja Koesuma, S.Si., M.Si selaku Peer Group Pusat Studi Bencana Universitas Sebelas Maret menjelaskan bahwa kendala yang terjadi adalah belum terbentuknya budaya belajar yang kuat, belum tersedia lingkungan yang mendukung, dan belum terlibatnya semua pemangku kepentingan, sedangkan tantangan yang terjadi.