

Sabtu, 28 Mei 2022 Pusat Studi Bencana LPPM Universitas Sebelas Maret mengadakan Diskusi Online Seri ke-11 dengan tema ‘Mtigasi Bencana Tanah Longsor (Prevention and Recovery Perspective). Diskusi Online kali ini menghadirkan narasumber Azmi Lisani Wahyu, S.T., M.T. dari PT. Teknindo Geosistem Unggul dengan pembahasan mengenai Aplikasi Goesintetik untuk Memperkuat Lereng dalam Upaya Menangani Bencana Tanah Longsor, dan Siti Nur Lita Fitri, S.T., M.T. dari Pusat Studi Bencana dengan materi Penilaian dan Analisis Stabilitas Lereng sebagai Upaya Mitigasi Bencana Tanah Longsor.
Azmi Lisani Wahyu, S.T., M.T. menjelaskan bahwa geosisntetik merupakan suatu material yang digunakan dalam perbaikan tanah, diantaranya memperkuat tanah sebagai pendukung bangunan, memperbaiki tanah sebagai bahan bangunan, serta mengurangi beban bangunan. Sebelum geosintetik diaplikasikan pada mitigasi bencana tanah longsor, diperlukan terlebih dahulu informasi mengenai karakteristik tanah yang akan dihadapi dengan tipe geosintetik yang akan digunakan, sehingga nantinya geosintetik yang dipilih dapat digunakan dalam menanggulangi masalah yang terjadi.
Selain mitigasi secara teknis dengan geosintetik, mitigasi bencana tanah longsor juga dapat dilakukan dengan menganalisis kondisi kelerengan suatu wilayah. Kondisi kelerengan tersebut dapat diukur baik sebelum ataupun sesudah bencana tanah longsor terjadi. Slope Stability menjadi teori yang dapat diaplikasikan dalam menganalisis kelerengan tersebut. Siti Nurlita Fitri, S.T., M.T. dari Pusat Studi Bencana juga menjelaskan bahwa analisis tersebut memang dapat digunakan sebagai Early Warning System pada bencana tanah longsor, tetapi sebagaimana kita ketahui bahwa kunci sukses dari sitem peringatan dini adalah pengetahuan masyarakat tentang risiko itu sendiri, pemantauan dan layanan peringatan yang dapat dilakukan oleh praktisi, penyebarluasan dan komunikasi yang terpau, serta kemampuan merespon masyarakat terhadap bencana itu sendiri