Diskusi Online Seri 8 “Efektivitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka”

Pada hari Sabtu tanggal 24 April 2021 Pusat Studi Bencana LPPM UNS menyelenggarakan Diskusi Online Seri 8 “Efektivitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka”. Kegiatan ini diikuti oleh 94 peserta dari berbagai universitas dan lembaga di Indonesia.

dr. Tonang Dwi Ardiyanto, Sp.PK., Ph.D menyampaikan bahwa Covid-19 dianggap sebagai “natural disaster” di Indonesia. Indonesia pernah mengalami kondisi jumlah kasus yang baik bulan Juli-Agustus 2020 kemudian naik hingga puncaknya pada bulan Januari 2021. Pada akhir bulan Januari 2021 jumlah kasus Covid-19 sempat menurun tetapi pada pertengahan Februari mulai meninggi lagi. Bagaimana Covid-19 di Indonesia? Hingga saat ini korban meninggal karena Covid-19 mencapai 3.099.315 jiwa data per 20 April 2021. Indonesia mengalami kondisi yang berat terutama dalam aspek perekonomian. Jumlah kasus benar-benar sedang turun atau testing yang kurang? Pada saat ini jumlah testing Indonesia sedang turun. Angka-angka yang ditampilkan perlu diteliti lebih hati-hati agar dapat menyampaikan informasi ke masyarakat dengan baik. Capaian vaksinasi tahap I dan II sebanyak 40.349.049.

Apakah benar vaksin itu efektif? Sebelumnya, kita pahami dahulu makna risiko. Seperti terminologi “bayangkan harus menyeberangi sungai dengan jembatan bambu”. Program vaksin diibaratkan sebagai jembatan darurat untuk sementara waktu hingga menemukan solusi atau penyelesaian terbaik. Individu yang telah divaksin harus sangat berhati-hati dalam menjalankan aktivitas sehari-hari agar bisa selamat. Berdasarkan perhitungan, orang yang tidak melakukan vaksin akan memiliki risiko keterpaparan 3 kali lipat, sebaliknya orang yang telah vaksin mempunyai ketahanan 3 kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak vaksin.

Serangan virus Covid-19 tergantung dua hal, yaitu seberapa ganasnya virus dan seberapa banyak jumlah virus. Penguatan daya tahan tubuh dapat dilakukan melalui makanan, olahraga, dan vaksin/obat. Tubuh belum memiliki antibody saat terkena infeksi pertama kali, setelah individu mampu melewati infeksi pertama maka pada saat infeksi kedua tubuh sudah memiliki antibody. Vaksin tidak menjamin 100% tidak kena Covid-19 tetapi diperlukan sikap berhati-hati agar risiko keterpaparan menjadi kecil. Program vaksinasi bertujuan untuk melindungi orang banyak.

Kekebalan personal saja tidak cukup, harus membentuk kekebalan komunal. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka perlu memperhatikan kesiapan “kekebalan komunal”. Siklusnya muncul kasus yang terus meningkat hingga mencapai puncak, semakin menurun diiringi dengan berbagai kebijakan-kebijakan seperti PSBB, PKKMB, dan lainnya hingga jumlah kasus berangsur menurun hingga lebih rendah dari batas kemampuan nakes. Beberapa negara lain yang memakai vaksin Coronavac jumlah keterpaparan berangsur menurun tetapi pada waktu tertentu terjadi peningkatan karena adanya mutasi Virus Corona. Mutasi Covid-19 menyebabkan jumlah keterpaparan Covid-19 mengalami kenaikan. Sebagai contoh, Negara Chile vaksin sukses tetapi terjadi peningkatan yang pesat.

Bagaimana dengan sekolah? Semakin lama tidak sekolah akan menjadi berat bagi anak-anak, sebaliknya apabila sekolah dilaksanakan secara luring akan sangat berisiko.

Bagaimana cara mengatasinya? Diperlukan suatu rancangan bersama dengan melakukan ujicoba tatap muka dengan pemberian ijin pemerintah dan ijin berjenjang dari satuan pendidikan dan orang tua.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemberian izin pembelajaran tatap muka antara lain: (1) Tingkat risiko penyebaran Covid-19 di wilayahnya; (2) Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan; (3) Kesiapan satuan pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka sesuai dengan daftar periksa; (4) Akses terhadap sumber belajar/ kemudahan Belajar Dari Rumah (BDR). Kondisi psikososial peserta didik; (5) Kebutuhan layanan pendidikan bagi anak yang orangtua/walinya bekerja di luar rumah; (6) Ketersediaan askes transportasi yang aman dari dan ke satuan pendidikan; (7) Tempat tinggal warga satuan pendidikan; (8) Mobilitas warga antar kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa; (9) Kondisi geografis desa. Diharapkan pada bulan Juli 2021 pembelajaran tatap muka menjadi lebih siap dengan risiko terkecil.

Ibu Farida Hidayati, S.Psi., M.Si menampilkan salahsatu contoh pembelajaran tatap muka di Lombok dengan memperhatikan protokol kesehatan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menimbulkan rasa “rindu ke sekolah” yang menjadi permasalahan psikologi pada siswa. Semua orang tidak siap menghadapi situasi bencana ini karena proses pembelajaran di sekolah berubah. Diperlukan penyesuaian perangkat pembelajaran agar pembelajaran jarak jauh dapat berjalan dengan optimal.

Diharapkan pasca vaksin dapat meningkatkan kekebalan dan imunitas warga sekolah. Komunikasi sekolah dan orang tua juga diharapkan dapat terjalin dengan baik untuk kelancaran pembelajaran daring saat ini. Berdasarkan data survei yang dilakukan Ibu Farida, diperoleh hasil sebanyak 68,6% mahasiswa lebih nyaman melaksanakan pembelajaran secara luring.

 Proses pembelajaran tatap muka memerlukan dukungan kesehatan meliputi keamanan dan keselamatan, SOP status kesehatan, mitra dengan tenaga kesehatan, promosi pendidikan kesehatan, merawat kesehatan mental dan PWB, menilai dan menangani kerentaan, perluasan komunikasi untuk dukungan, dan mengatasi stigma. Selain itu juga diperlukan academic support meliputi, koordinasi dan motivasi, pelatihan pengembangan professional, identifikasi kelompok rentan, penilai risiko penutupan sekolah, tindakan perbaikan yang tepat dan strategi percepatan pembelajaran, jaminan kualitas dan fokus pada kelompok prioritas. Protokol kesehatan yang dapat diterapkan dalam skenario proses belajar dan mengajar luring, yaitu diperlukan semprot disinfektan ke seluruh ruangan sebelum dan sesudah KBM, wajib memakai masker, jaga jarak tempat duduk, waktu KBM tidak boleh melebihi waktu yang telah ditentukan, jumlah siswa kurang dari sepertiga jumlah siswa di kelas sebenarnya, membawa bekal makanan, dan meniadakan ekstrakulikuler. Konsekuensi lain apabila memberlakukan pembelajaran tatap muka adalah sekolah harus dapat menyediakan sanitasi dan fasilitas kesehatan yang memadai. Perlu ditekankan bahwa pasca vaksin bukan berarti aman 100%, maka diperlukan kehati-hatian terkait keamanan dan keselamatan.

Hubungi Kami

Pusat Penelitian dan Penanggulangan Bencana 
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Sebelas Maret

No. Tlp:
+62 895-0617-7523

Email:
p3b.lppm@unit.uns.ac.id

Alamat:
Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126

© 2023 Created with Royal Elementor Addons