Pada hari Jumat tanggal 2 Oktober 2020, Pusat Studi Bencana LPPM UNS menyelenggarakan Diskusi Online Seri 6 dengan tema “Pemanfaatan Teknologi dalam Mitigasi Bencana”. Kegiatan ini diisi oleh dua narasumber yaitu Bapak Dr. Rohman Hakim, S.Si., M.Si dari BPDASHL Solo dan Bapak Ahmad Marzuki, S.Si., Ph.D dari PSB LPPM UNS. Kegiatan ini diikuti oleh 91 peserta yang mengisi absen dari 100 total pendaftar.
Bapak Rohman Hakim menengaskan pentingnya pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) untuk mitigasi bencana di DAS Solo. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi ekosistem DAS Solo. Tekanan penduduk berdampak pada IKL (Indeks Ketersediaan Lahan). Rohman menyatakan “Kadang kita lupa bahwa DAS merupakan sumber daya yang terbatas”. Regulasi terkait pengelolaan DAS menjadi landasan penting karena daya dukung DAS semakin menurun. BPDASHL melakukan mitigasi bencana khususnya untuk mencegah bencana banjir dan kekeringan di DAS Solo melalui program RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dan Kebun Bibit Rakyat. Rehabilitasi Hutan dan Lahan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu vegetative, sipil teknis, dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan Program Kebun Bibit Rakyat dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan daya dukung lahan dengan menyediakan bibit yang dikelola oleh masyarakat dan dibagikan secara gratis di masyarakat. Selain itu BPDASHL juga memiliki program bantuan bibit tanaman produktif, membuat bangunan konservasi tanah & air. Pengelolaan DAS terpadu harus menjadi Gerakan Bersama. “DAS Sehat, Masyarakat Sejahtera, Banjir dan Longsor Berkurang”.
Bapak Ahmad Marsuki menyatakan bahwa tempat tinggal kita, Indonesia memiliki risiko bencana yang tinggi. Maka Sistem Pendetekisi Dini Bencana sangat pentig untuk memberikan warning kepada masyarakat. Pada kesempatan ini, Bapak Ahmad Marzuki memaparkan salah satu temuannya, yaitu EWS Tanah Longsor. EWS tanah longsor memiliki sensor yaitu sensor pergeseran. Ketika tanah mengalami pergeseran sangat kecil pun, alat akan memberikan “sinyal” berupa suara peringatan. EWS yang dikembangkan oleh Bapak Ahmad Marzuki memberikan warning walaupun dengan gerakan kecil, karena teknologi fiber optik yang digunakan mampu mendeteksi gerakan terkecil tanah. Diharapkan melalui kegiatan ini baik masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dapat bersinergi dalam upaya mitigasi bencana. Utamanya dengan memanfaatkan teknologi yang mudah digunakan dan semakin berkembang.